Berita dan Gosip Selebritis

Rabu, 01 Februari 2012

Xenia: Melepas Belenggu Tugu Tani

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
SUATU sore,seorang wartawan yang minta saya menandatangani buku yang dihadiahkan seusai wawancara protes: mengapa saya menggunakan pulpen sendiri, sedangkan ia sudah menyodorkan pulpennya di atas meja?

Saya kaget kena protes dan bertanya kembali, "Lho, pulpen Anda kan berwarna merah? Saya pakai pulpen sendiri karena warnanya hitam". Dia pun menegaskan bahwa pulpennya juga berwarna hitam. Ini menarik! Sejak kapan pulpen dengan warna tutup dan ujung yang merah,bertinta hitam? Kami kemudian tertawa karena sudah terjadi misinterpretasi dari sebuah hal yang sangat sederhana. Ini yang disebut dengan framing. Proses judging yang terlalu cepat, dengan menggunakan frame tertentu di benak, tentang model umum sebuah pulpen.

Padahal, akan lain hasilnya, bila saya mengambil pulpen yang disodorkan, lalu mengecek sejenak warnanya di kertas lain, setelah itu baru memutuskan akan menggunakannya atau tidak. Hidup kita sebagai konsumen bergerak dengan sangat cepat. Sehingga,sering tidak sempat untuk memikirkan segala sesuatu dengan analisa mendalam. Tidak ada waktu untuk melakukan proses check, re-check, double check,serta cross check. Walaupun pekerjaan saya sebagai seorang etnografer menuntut proses validasi ulang temuan insights lapangan, ternyata, berperan sebagai konsumen pulpen,saya kembali pada fitrah–jump to conclusion, analisa permukaan, dan salah menyimpulkan.

Melepaskan Brand dari Belenggu
Dalam social theory, frame terdiri dari skema interpretasi– koleksi dari anekdot dan stereotip yang digunakan oleh seseorang untuk menjelaskan sebuah objek atau untuk mengerti sebuah peristiwa. Dalam branding, salah satu kesulitannya adalah menghadapi konsumen yang sudah mempunyai frame interpretasi tertentu.

Masih ingatkah betapa beratnya Mizone menjelaskan kepada publik bahwa produknya aman bagi kesehatan, setelah terkena badai berita bahwa dirinya masuk dalam daftar produk yang mengandung pengawet?

Sejarah membuktikan,butuh waktu panjang melepas dari belenggu frame yang terlanjur terbentuk. Walaupun sudah dijelaskan dalam banyak jumpa pers, tulisan, serta iklan. Penjelasan bahwa pengawet dalam jumlah yang minimalis adalah hal yang biasa dalam teknologi pangan dan masuk ambang batas aman–tidak dengan serta merta melepas belenggu. Sangat sulit untuk mengeluarkan konsumen dari sebuah frame interpretasi situasi yang kurang menguntungkan bagi brand.

Dari sekian banyak pemberitaan tentang kasus tragedi kecelakaan Tugu Tani, berapa banyak yang tidak menyebutkan merek mobil yang dikendarai oleh Afriyani, sang aktor utama?

Hampir semua menuliskan brand Xenia sebagai aktor pendamping, baik di media konvensional hingga media sosial. Secara tidak sadar telah terbentuk frame tertentu. Melihat Afriyani di TV, tanpa ada gambar mobil pun, langsung teringat pada brand Xenia, dan proses mengingat ini dengan segala kepedihannya.

Controlling the Uncontrollable
Dalam perjalanan membesarkan sebuah brand, banyak hal yang terjadi. Termasuk mengalami peristiwa negatif yang terjadi begitu saja dan ini tidak ada hubungannya dengan sikap dan perbuatan brand sendiri. Pemberitaan terhadap Xenia dalam tragedi, adalah sebuah situasi yang uncontrollable. Pada situasi ini,kecekatan seorang pengelola brand diuji. Harus bisa mengontrol kembali situasi. Bagaimana menghapus aspek negatif di benak masyarakat? Daihatsu butuh pendamping.

Setahu saya, cukup banyak konsultan PR yang mengkhususkan service-nya dalam bidang crisis menagement. Melepas Xenia dari frame yang terbentuk, menguraikan tali temali asumsi di benak tak sadar publik perlu dilakukan. Penanganan krisis brand image ini juga butuh penanganan jangka panjang. Tidak cukup hanya dengan serial iklan dan beberapa kali jumpa pers. Dalam situasi yang penuh tekanan,pengelola brand yang salah berucap bisa lebih memberatkan.

Menjelaskan bahwa Xenia aman, harus bersih dari unsur promosi.Bahwa salah seorang manajernya bersyukur penumpang mobil semuanya selamat dan tidak terluka (berkat Xenia), ternyata terbukti menuai badai baru. Saat ini tidak ada yang memedulikan salah atau tidaknya aktor pendamping. Bahwa brand kita masuk dalam daftar aktor pendukung sebuah sinetron, maka usaha untuk memutus rantai penghubung dengan peristiwa itu perlu strategi PR yang tajam. "Xenia tidak bersalah" jangan hanya dikatakan dalam jumpa pers dan ditulis di media biasa. Berapa banyak yang sempat membaca pemberitaan media khusus tentang pembelaan brand yang tidak bersalah?

Berita jumpa pers pembersihan nama baik brand kalah menarik dari berita tentang permintaan maaf Afriyani,misalnya. Di media sosial,bahkan beredar foto-foto hasil plesetan. Kadang kala Afriyani-nya saja yang menjadi bintang.Tetapi, hari ini saya juga menerima edaran foto di BB group, foto rekayasa plesetan di mana di sana sang aktor pendamping yaitu Xenia masuk di dalamnya.

Pengadilan tinggi konsumen biasanya sangat jump to conclusion, tidak ada proses validasi ulang secara ilmiah dan terstruktur. Ini kan bukan sidang tesis di kampus. Melepas belenggu framing Xenia dari bersalah menjadi tidak bersalah perlu endurance, ketekunan, dan kontinuitas usaha dari divisi marcom dan PR perusahaan. Dalam pengadilan, kredibilitas brand yang bermasalah sangat rendah.

Daihatsu harus menggandeng banyak key opinion leader yang bebas kepentingan untuk menjelaskan posisinya. Mereka punya kemampuan lebih untuk melepas belenggu Xenia dari frame yang keliru.Tetapi, sekali lagi,tidak bisa terburu-buru.Tidak bisa short cut. Mengembalikan kepercayaan brand ke tingkat semula, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

sumber : http://economy.okezone.com/read/2012...nggu-tugu-tani

# semoga brand nya tak terciderai atas kejadian kemaren.

dadi.mangir 01 Feb, 2012

Admin 01 Feb, 2012


-
Source: http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/02/xenia-melepas-belenggu-tugu-tani.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar