Berita dan Gosip Selebritis

Sabtu, 28 Mei 2011

Selaput Dara Bukan Sebuah Ukuran Keperawanan

Mitos yang mengaitkan keperawanan dengan selaput dara merupakan tanda bahwa seorang gadis masih suci nampaknya sangat dijunjung tinggi oleh adat di negara kita. Wanita dianggap suci atau belum pernah melakukan hubungan sex apabila pada malam pertama mengeluarkan darah. Ternyata pandangan itu sudah sedikit bergeser karena selaput darah bisa saja sobek tanpa melakukan hubungan sexual.
 
Diceritakan oleh Prof Dr Junizaf, SpOG(K), pernah ada pria memeriksakan istri yang baru beberapa hari dinikahi karena di malam pertama mereka tidak setetes darah pun keluar dari vagina. la merasa tertipu dan mengira keperawanan sang istri sudah hilang sebelum ia menikahinya.
Melalui pemeriksaan, uroginekolog dari FKUI RSCM ini justru mendapati yang sebaliknya. "Selaput dara wanita sangat liat sehingga belum berhasil ditembus di malam pertama mereka," tuturnya. Dan setelah mendapat penjelasan yang benar, pria itu pun memahami kekeliruannya dan mengurungkan niat menceraikan istri barunya itu.
Ketidaktahuan soal keperawanan dan organ reproduksi tak hanya terjadi pada pria. Banyak wanita juga masih memiliki pengetahuan yang sangat minim. Tak heran, redaksi kerap menerima pertanyaan, "Apa berhubungan seks sekali saja, keperawanan bisa hilang?", "Bisakah hamil kalau hubungan intim hanya satu kali?", "Apakah memasukkan jari ke vagina bisa merusak selaput dara?", "Mengapa tidak keluar darah waktu pertama kali berhubungan?" Dan ada banyak pertanyaan serupa.
Bisa robek tanpa seks
Memang tidak mudah menilai keperawanan karena banyak hal yang bisa ikut memengaruhi. Ditegaskan oleh Dr Budi ML, SpOG, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Jatisampurna, virginitas tak bisa diukur dari robeknya selaput dara. Tak bisa juga dilihat secara kasat mata melalui ciri-ciri fisik seperti payudara turun atau pinggul yang mengendur. atau bahkan dilihat dari ciri-ciri disekitar tangan,Kuping atau ciri fisik lainnya!
"Keperawanan harus dilihat dan diperiksa melalui tes medis yang dilakukan oleh dokter ahli. Tidak bisa dilihat dari fisik saja," ucapnya kepada GHS.
Memang masih terus beredar mitos di kalangan remaja maupun orang dewasa bahwa wanita yang sudah tidak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya, seperti pantat turun, payudara mengendur, atau cara berjalan yang tidak lagi lurus.
Menurut Dr Budi, mitos tersebut sebenarnya keliru, tetapi karena telanjur diyakini oleh sebagian masyarakat, seolah-olah benar. Begitu juga dengan mitos keperawanan yang diukur dari perdarahan yang timbul akibat pecahnya selaput dara.
"Selama ini masyarakat berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika berhubungan seksual, yang menyebabkan pecahnya selaput dara. Padahal, selaput dara kondisinya berbeda antara satu wanita dengan lainnya," ujarnya.
Ada selaput dara yang tipis sehingga lebih mudah robek atau pecah. Ada pula selaput dara yang sangat kuat atau liat sehingga tidak mudah pecah. Yang perlu dipahami juga, pecahnya selaput dara tidak harus melalui hubungan seksual saja.
"Aktivitas olahraga seperti senam, benturan karena jatuh, dan lainnya juga bisa menyebabkan selaput dara sobek," tuturnya. Penggunaan tampon saat menstruasi juga dapat menyebabkan selaput dara robek.
Elastisitasnya berbeda
Jenis selaput dara juga beragam. Jika selaput dara kaya akan pembuluh darah, otomatis ketika pecah akan terjadi perdarahan cukup banyak. "Sebaliknya, jika selaput dara tersebut tidak memiliki pembuluh darah, otomatis ketika pecah juga tidak berdarah," ucap Dr Budi.
Jadi, perdarahan pada saat hubungan seksual tidak bisa dijadikan tolok ukur menilai keperawanan seorang wanita. Justru perdarahan bisa saja terjadi karena pengencangan atau ketegangan pada vagina, yang sering disebut kelainan vaginismus, pada saat hubungan seksual. Kondisi ini menandakan si wanita tidak bisa menikmati hubungan intim, malah bisa saja ia merasa sakit dan tersiksa.
Bila kedua pasangan dapat menikmati hubungan seksual dengan baik sehingga tidak menimbulkan ketegangan pada vagina, kemungkinan terjadi perdarahan sangat kecil, malah mungkin sama sekali tidak terjadi. Itu artinya, tambah Dr Budi, tak hanya suami yang menikmati hubungan seksual tersebut, tetapi istri juga bisa menikmatinya.
Selaput dara, lanjutnya, berupa lipatan mukosa tipis yang mengelilingi jalan masuk vagina. Terdapat beberapa bentuk dan berbeda pada tiap wanita, serta memiliki elastisitas yang berlainan pula.
Itu sebabnya tidak semua wanita mengeluarkan darah pada saat hubungan seksual pertama. Ada yang baru keluar setelah beberapa kali berhubungan, bahkan ada yang tidak keluar darah sama sekali.
"Jangan heran jika ada wanita yang telah berulang kali melakukan hubungan seksual, namun sama sekali tidak pernah keluar darah," tutur dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini. tapi hal ini sangatlah jarang terjadi!
Masalah keperawanan dewasa ini bukan merupakan suatu masalah yang mengaitkan dengan robeknya selaput dara akan tetapi sudah belumnya seseorang melakukan hubungan sex atau belum, Nah disini juga merupakan masalah kepercayaan,kejujuran terhadap pasangan dan berkaitan pula dengan masalah psikologi dari kedua pasangan.
Yang jelas sex bebas akan membawa dampak yang hurang baik bagi kedua pasangan terutama masalah psikologi,apalagi sekarang banyak di jual selaput dara palsu! berhati-hatilah dalam bergaul!………….seperti kata Dewa 19…..jangan sampai ada air mata….dari lelaki yang Pasti memilikimu untuk selamanya!!!
Bila sudah terlanjur"Berpikirlah positif kehilangan keperawanan bukan merupakan akhir dunia….!yang terpenting kedepan setia pada pasangan,bersikap jujur dan membangun rumah tangga yang baik mawadah,warohmah dan sakinah!!…………….moga bermanfaat

FasingNet 28 May, 2011


--
Source: http://fashingnet.blogspot.com/2011/05/selaput-dara-bukan-sebuah-ukuran.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar