Kongres PSSI 2011 dengan agenda utama yakni memilih Ketua Umum PSSI periode 2011-2015 akan digelar di Hotel Sultan Jakarta pada 20 Mei 2011. Kongres PSSI ini akan melibatkan 100 pemilik suara syah, yakni dari pengurus PSSI tingkat provinsi dan klub anggota PSSI. Artinya, supporter yang berpeluh keringat demo beberapa waktu lalu yang mengusulkan revolusi ditubuh PSSI hanya bisa menonton sambil berdoa agar 100 pemilik suara itu membawa amanah pecinta sepakbola Indonesia dan kepentingan sepakbola nasional, bukan kepentingan uang maupun kepentingan segelintir dan kelompok tertentu.
Yup. Faktanya, kisruh PSSI dan tarik ulur kepentingan menjelang Kongres PSSI 2011 telah mengorbankan banyak hal, yang paling nyata adalah batal digelarnya Turnamen Piala Indonesia 2011 yang seharusnya sudah bergulir sejak awal Mei 2011 ini. Apakah dengan mengorbankan banyak hal ini termasuk Piala Indonesia, Kongres PSSI akan mengasilkan perubahan nyata untuk PSSI dan konkretnya untuk masa depan sepakbola nasional? Lagi-lagi kita berharap kepada mereka yang terlibat langsung dalam kongres.
Lalu apa saja agenda pada Kongres PSSI 2011 ini? Berikut adalah diantaranya : pemilihan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI 2011-2015, pemilihan Anggota Komite Eksekutif PSSI dan tentunya tinjauan mengenai anggaran dasar/rumah tangga dan aturan-aturan penting di tubuh PSSI.
Hmm… kemudian, siapa calon ketua PSSI yang akan bertarung di Kongres PSSI 2011 ini? Berikut adalah nama-nama calon ketua umum PSSI 2011-2015 : Achsanul Qosasi, Adhan Dambea, Adhyaksa Dault, Agusman Effendi, Johar Arifin Husein, Erwin Aksa, Habil Marati, IGK Manila, Iman Arif, Indra Muchlis, Yapto S Suryosumarno, Yusuf Rizal, Robertus Indratno, Sarman, Sutiyoso, Syarif Basytaman, Tahir Mahmud, Wahidin Halim, dan Yesaya Buinei. -> *) Adhyaksa Dault mengundurkan diri
Yang pasti, siapapun yang terpilih dan bagaimanapun situasi dalam kongres, output atau hasil kongres serta tindakan (kerja kongkret) pasca kongreslah yang kemudian nanti kita bisa nilai bersama. Setidaknya, rezim Nurdin Halid menjadi alat ukur kita, apakah pada era setelah Nurdin Halid ini nasib sepakbola Indonesia lebih baik, sama saja atau bahkan lebih buruk. Kita tentu berharap lebih baik.
sumber

Tidak ada komentar:
Posting Komentar